Udah Yakin dengan Tuhan? 

Waktu itu pernah dapat mata kuliah Filsafat. Kemudian di kelas dosennya nanya, “kalian yakin gak dengan kehadiran Tuhan?” 

Dapet pertanyaan model gitu, jawaban refleks dari orang “biasa” pasti yakin dong. Iyalah yakin, masa kita gak yakin sama Tuhan?

Kemudian dosen itu ngelanjutin. Dia bilang ada salah satu ayat di Alquran ((lupa surat apa)) yang artinya, “sembahlah Tuhanmu sampai engkau benar-benar yakin.” Dan dosennya kembali bertanya, “kalau kalian udah yakin, terus buat apa kalian menyembah Tuhan?” 

Langsung seisi kelas diem. Sebetulnya, dosenku minta tanggapan, tapi apa daya, gak ada yang punya argumen tentang itu. 

Aku lalu berpikir, iya juga ya, kok ayatnya bilang kayak gitu. Apa Tuhan itu cukup diyakini aja, tanpa harus disembah dan menjalankan perintah-Nya?

Sekilas tafsiran ayat Alquran itu betul kok. “sembahlah Tuhanmu sampai engkau benar-benar yakin” kalau udah yakin terus buat apa disembah. 

Kemudian, dosen pun memberikan jawaban yang benar-benar bisa diterima. Dosen itu bilang, “sekali dalam seumur hidup, pasti kalian pernah bertanya, bener gak sih Tuhan itu ada, betul gak ya, dunia ini milik Tuhan, Tuhan itu seperti apa, kita selama ini menjalankan ibadah untuk apa?” 

Dan, ya, hal kayak gitu gak bisa dipungkiri. Kita pasti pernah bertanya-tanya tentang eksistensi Tuhan. Dari mulai wujudnya sampai pertolongan-Nya. Apakah beneran adaa?? 

Dalam surat itu dijelaskan, “sembahlah Tuhanmu sampai engkau benar-benar yakin.” Jauh di lubuk hati kita, keraguan terhadap Tuhan pasti ada. Dan itu manusiawi. Jadi, pupuklah diri kita dengan tetap menyembah dan menjalankan perintah-Nya. Supaya kita dapat jawaban dari pertanyaan kita sendiri. Supaya kita tambah yakin pada eksistensi Tuhan yang sebenarnya. 

Kapan kita bisa benar-benar yakin dan mendapatkan jawaban tentang Tuhan? Ya itu ketika kita meninggal. Ketika kita bukan lagi di dunia. Dan setelah itu, biarkan Tuhan yang membuktikan kuasa-Nya.

°

Tafsiran dari sebuah ayat mungkin bisa berbeda-beda. Tapi biarkan tafsiran dari dosenku menjadi salah satunya karena menurutku, alasannya cukup logis dan mudah diterima. 

Tuhan Itu Ada?

Di suatu hari yang cerah, seorang pria paruh baya menyusuri pusat kota. Bukan tanpa tujuan, sejak seminggu lalu ia berniat untuk mengunjungi tempat pangkas rambut karena sudah merasa gerah dengan kegondrongannya. Lagi pula, tidak cocok untuk seorang pengusaha kantoran memiliki rambut yang gondrong. Ia pun sudah ditegur oleh para koleganya sebab rambutnya tampak mirip dengan preman kelas pasar dibandingkan seorang pengusaha.

Pria itu tak pernah marah tiap ada yang menegur. Ia tahu memang sudah seharusnya ia memotong rambut panjangnya. Ia justru bersyukur, masih ada orang yang mengingatkannya.

Sebetulnya, pekerjaan pria itu tidak terlalu bagus. Tetapi tidak jelek juga. Sebab setiap bulan, penghasilannya yang tak banyak, cukup untuk menghidupinya. Cukup untuk makan, membeli pakaian, ongkos ke kantor, serta untuk berjalan-jalan paling tidak sekali dalam sebulan. Meskipun tidak mewah, pria itu selalu bersyukur.

Tiba di depan toko pangkas rambut, pria itu langsung dilayani oleh seorang lelaki muda. Badannya sedikit gemuk tetapi ia memiliki tampang yang ramah dan mudah bergaul. Tidak heran, dua pria yang memiliki kepribadian sama itu pun mengobrol panjang lebar. Mulai dari kegemaran, pekerjaan, juga kehidupan pribadi. Di tengah-tengah percakapan, pencukur rambut berkata, “Anda beruntung memiliki pekerjaan yang lebih bagus dari pada saya.”

Dengan setengah tertawa, pria tua pun menanggapi, “tidak ada pekerjaan yang lebih bagus atau lebih buruk. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya.”

“tapi jika penghasilannya kecil, maka akan sulit juga untuk menjalani hidup bahagia.” Timbal pemuda itu.

“untungnya, kebahagian itu tidak hanya dilihat dari materi saja.” Jawab bapak paruh baya. Ia masih merasa senang dengan topik percakapannya. Bahkan sangat menikmati, sampai ia tak sadar separuh rambutnya sudah hilang dari kepalanya.

“saya selalu bersyukur Tuhan masih memberikan saya kemampuan untuk bekerja. Masih memberikan kesempatan untuk menikmati masa tua. Kata orang-orang, itu yang membuat saya selalu bahagia. Jadi saya pikir, kunci kehidupan yang paling hakiki adalah selalu bersyukur dengan yang Tuhan berikan.” Sambung pria tua itu.

“rupanya, Anda seseorang yang mempercayai kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini, ya?” balas pria muda itu. Ia tampak tersenyum kecil sembari terus memotong rambut.

“ya, bagaimana bisa Tuhan tidak ikut campur dalam kehidupan? Buktinya, kita semua hadir di sini untuk menikmati dunia yang ia berikan.” Jawabnya.

“tapi sayangnya, saya tidak pernah percaya bahwa Tuhan itu ada. Kalau Tuhan memang ada, maka seharusnya tidak ada orang jahat, tidak ada hati yang kotor, tidak ada rasa sakit, tidak ada pencuri, pemabuk, dan orang dengki.” Jawab pemotong rambut. Ia sudah memotong rapi rambut pria yang sekarang masih duduk terpaku. Pikiran pria itu seakan diadu. Sebab ia tidak menyangka, pemuda yang begitu ramah dan baik itu rupanya tak mempunyai keyakinan yang selama ini ia yakini. Keyakinan tentang eksistensi Tuhan.

“baiklah, Pak, sudah selesai.” Ucap pemuda itu.

Pria tua pun membayar sejumlah uang dan keluar dari toko pangkas rambut.

Ia kembali menyusuri kota dan berpapasan dengan seorang pemuda berambut ikal. Rambutnya sangat panjang, bagai tak pernah cukur bertahun-tahun.

Akhirnya, pria tua pun memutuskan untuk kembali ke toko pangkas rambut. Sekarang ia tak datang sendiri. Ia bersama dengan pemuda berambut ikal yang ia temui di pesimpangan jalan.

“ada apa?” sambut pemuda yang tadi mencukur rambutnya.

“pemangkas rambut itu tidak ada.” kata pria tua paruh baya.

“apa? Bagaimana bisa kau bilang tidak ada. Lalu aku ini apa?” jawabnya.

“jika pemangkas rambut ada, seharusnya tidak ada orang berambut gondrong, kan?”

“pemangkas rambut itu ada. Orang ini yang tak mendatangiku dan memintaku untuk mencukur rambutnya.” Jawab pemuda pemangkas rambut sembari menunjuk orang berambut ikal.

“itulah. Tuhan itu ada. Manusia yang tidak pernah datang pada-Nya dan meminta untuk hidup yang lebih baik. Maka hadirlah pencuri, pemabuk, dan kedengkian. Kuncinya hanya satu, datangi dan mintalah kepada-Nya. Sama halnya sepertimu. Bagaimana bisa kau memotong rambut seseorang sedangkan ia pun tak pernah berniat untuk memotong rambutnya?”